Notification

×

Kategori Berita

Cari Berita

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Selamat Dowong, Ikhtiar Menjaga Tanaman

Sabtu, 22 Februari 2025 | Februari 22, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-02-23T11:06:22Z

 

Bersih Makam: H Lalu Selamet bersama beberapa warga melakukan ritual bersih makam. (Foto/Istimewa)

"Cara bersyukur atas nikmat Tuhan, bertahan hidup, salah satu yang melahirkan ritus-ritus tertentu, salah satunya seperti ritual Selamet Dowong,".


SELONG,KELAMPAN.com - Suasana hari itu tampak mendung. Tapi setitik grimis pun tak turun.


Hanya hijau daun padi dan rerumputan di sawah-sawah warga terlihat melambai karena ditingkahi angin. Jalan aspal sedikit berkelok, ditambah dengan bebukitan, sepertinya bagus dijadikan lokasi bersua foto.


Di suasana yang teduh karena mendung itu, beberapa perempuan mulai kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga paruh baya mulai memadati jalanan. Tak sedikit dari kaum hawa itu, membawa makanan menggunakan dulang, lengkap dengan tudung sajinya.


Sedang laki-lakinya, sibuk mengatur, ada juga yang baru datang karena baru keluar dari tempat ibadah.


Rupanya pemandangan semacam itu di Kelurahan Denggen, Kecamatan Selong bukan hal baru. Tapi akan ditemui saat musim tanam padi tiba.


Berkumpulnya masyarakat setempat yang berlatar belakang petani untuk melaksanakan ritual selamat Dowong.


Dowong sebutan untuk anakan padi. Gelaran itu dilaksanakan sebagai wujud syukur atas karunia Tuhan Yanga Maha Esa.


Para penggiat budaya setempat mengangkat tema Menjaga Tradisi Mewujudkan Swasembada Pangan 2025. Tentu ikhtiar ini sejalan dengan pemerintah yang tengah menggalakkan soal ketahan pangan.


Ritual Nyelamat Dowong, bertujuan untuk berdzikir dan berdoa agar tanamannya terhindar dari hama serta ada hasil.


"Nyelamet Dowong ini intinya adalah dzikir dan doa," kata Tokoh adat Kelurahan Denggen, H Lalu Selamat, belum lama ini.


Pria yang karib disapa Miq Selamet ini menuturkan, ritual itu dilaksanakan dengan melalui serangkaian acara.


Seperti membersihkan makam pada hari Jumat, kemudian penyembelihan ayam pada hari Minggu.  Puncaknya  dilaksanakan pada hari Senin, tujuannya membersihkan serta menjaga tanaman padi agar terhindar dari hama.


Menurut Miq Selamet, ritual ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu yang dilakukan oleh leluhur masyarakat setempat. Darah ayam yang dipotong diyakini diatas daun bambu akan berfungsi mengusir hama di sawah.


“Darah ayam yang diletakkan di tengah sawah, menurut keyakinan leluhur, dapat mengusir hama karena baunya amis yang tidak disukai hama," jelasnya.


Tidak hanya itu, ritual ini juga mencakup penggunaan air dari mata air Mertasari, yang dianggap suci untuk membersihkan hama yang telah berjatuhan.


Dia menjelaskan Mertasari berarti air suci yang mengalir dari mata air yang digunakan untuk membuang hama yang sudah jatuh akibat darah ayam.


Acara ini digelar setiap tahun dengan tujuan untuk memelihara tradisi sekaligus menjaga ketahanan pangan di Kelurahan Denggen.


Ritual ini sebutnya seyogyanya harus dilaksanakan pada saat tanaman padi sudah berumur satu bulan, dan itu menjadi tradisi yang tidak pernah terputus.


"Dan hari-hari ritualnya pun tidak boleh diganti, seperti pada hari ini (Senin-red). Kenapa tidak boleh diganti dengan hari lain, karena berkaitan hari lahirnya Nabi Muhammad SAW yakni hari Senin," ujarnya.


Dia berharap, acara adat Nyelawat dapat terus berjalan. Agar tradisi ini tetap terjaga dan dilestarikan oleh generasi masyarakat daerah setempat.


"Kami bersama Pak Lurah dan buk Camat akan mengusulkan acar adat ini di Pemkab Lombok Timur jadi event tahunan budaya daerah kita," katanya.


Camat Selong, Baiq Farida Apriani memandang pentingnya acara adat dan budaya ini dalam mendukung ketahanan pangan. Tidak hanya di tingkat kelurahan, tetapi juga di tataran kecamatan hingga kabupaten.


"Acara adat ini sejalan dengan program ketahanan pangan yang menjadi fokus Presiden Prabowo Subianto," ucapnya.


Presiden Prabowo menekankan pembangunan dimulai dari desa, yang pada akhirnya akan mendukung ketahanan pangan di tingkat kabupaten dan nasional.


Baiq Farida juga berharap, dengan doa dan ikhtiar bersama, hasil pertanian, khususnya padi, dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan beras yang berkualitas tinggi.


"Semoga melalui doa dan ikhtiar yang kita lakukan dalam acara ini, padi yang kita tanam dapat tumbuh subur dan menghasilkan bulir yang banyak untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat," tambahnya.


Lebih lanjut, Baiq Farida, juga mengusulkan agar acara adat ini bisa menjadi bagian dari kalender budaya Kabupaten Lombok Timur.


"Harapan kami, acara ini bisa menjadi agenda tahunan yang tercatat dalam kalender budaya Kabupaten Lombok Timur, sebagai salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan," tutupnya. (hk)

×
Berita Terbaru Update