![]() |
Makam: Inilah makam Datuk Lopan, yang sekarang ramai di ziarahi dari berbagai kalangan dan asal wilayah. (Foto/istimewa) |
PRAYA - Keheningan kerajaan Memelaq pecah. Serdadu dari kedua kerajaan bertempur sengit.
Rupanya kerajaan Karang Asem, mampu memperdaya beberapa kerjaan untuk menggempur Memelaq. Dengan embel-embel hadiah Granting (sebuah keris bertabur emas), mereka ikut menyerbu kerajaan di Praya itu.
Ketidak sukaan Karang Asem Singasari itu di latar belakangi oleh tuduhan Kerajan Memelaq sudah membangkang. Sehingga kerajaan ini harus di hancurkan.
Jika kerajaan Memelaq hancur, maka Karang Asem akan menjadi digdaya diantara yang lainnya.
Kesewenangan Karang Asem inilah, yang tidak disukai oleh kerajaan Memelaq. Buntut dari itulah lahir congah Praya pada tahun 1839 hingga 1894, dipimpin oleh Raden Wiratmaja.
Lanjut ke congah Praya II pada tahun 1891 hingga 1894 diabwah pimpinan Raden Wiracandra yang bergelar Arya Banjar Getas VII. Congah Praya II ini juga disebut sebagai perang Lombok karena hampir di seluruh wilayah itu tejadi hal serupa.
Pada congah Praya II, bukan hanya perang antar kerajaan. Tapi juga ada keterlibatan Belanda. Sekaligus menamatkan dinasti Karang Asem di tanah Praya.
Setelah itu Datu Praya menugaskan pasukannya untuk menjaga menghadang musuh di perbatasan Praya dengan Kopang, yakni disekitar Muncan-Lopan dan Darmaji.
Suasana itulah yang nampaknya yang harus dihadapi oleh TGH Lalu Muhammad Saleh atau yang populer disapa Tuan Guru Lopan.
Dikutip dari buku Tuan Guru Organik "Dakwah Sosial Datuk Lopan di Tanah Sasak", Tuan Guru Lopan atau Datuk Lopan diperkirakan lahir 1238 Hijriyah (1819 Masehi).
Ada juga yang mengatakan, nama lain dari Datuk Lopan ialah Lalu Durma, lahir 1818 Masehi.
Nama Durma, diambil dari tembang suku Sasak. Hikayat ini mengandung nilai-nilai perjuangan.
Dalam buku tersebut tertulis, Datuk Lopan, sedari kecil sudah menunjukan ketertarikannya serta mempelajari agama. Tanda-tanda keulamaannya sudah terlihat dari orang tuanya.
Karena itu Datuk Lopan diberangkatkan haji ke tanah suci Mekah pada tahun 1238 Hijriyah atau 1839 Masehi. Pada waktu itu pemberangkatan melalui Labuan Haji (padukuhan Sisiq pada waktu itu).
Berangkat haji dari Lombok sampai ke Mekah bisa memakan waktu delapan hingga sembilan bulan lamanya. Waktu itu belum didapati pelabuhan di ujung barat Lombok.
Untuk sampai ke Labuhan Haji, Datuk Lopan harus melalui jalan setapak. Karena hanya itu jalur yang menghubungkan antara timur dan barat.
"Dari Lopan menuju Labuan Haji kurang lebih 60 sampai 70 kilo," tulis dibuku tersebut.
Konon jemaah haji, harus mengarungi samudra dengan perahu layar. Sambil membawa bekal kwintal-kwintal sebagai bekal dalam perjalanan.
Cerita laut merah, bisa sangat mengasikan karena bisa bikin spot jantung dengan kerasnya tantangan yang ada. Betapa tidak perjuangan ke tanah suci Mekah merupakan pertaruhan hidup dan mati, menembus gapura air mata.
Dikutip dari sumber yang sama, H Abdul Kadir mengatakan, TGH Lalu Muhammad Saleh terlebih dahulu berangkat ke Mekah. Dirinya berjumpa disana dan kembali dari Mekah setelah bermukim selama dua tahun.
Dalam buku itu disebut H Abdul Kadir, menjadi orang yang paling tua bicara tentang Datuk Lopan, karena sudah bersama di kota suci Mekah. Di wafat pada tahun 1957 dengan umur lebih dari 100 tahun.
"Kecil orangnya, bicara seperlunya, hidup sangat sederhana, suka memberi, disayangi oleh mukimin-mukimin Mekah," kenang H Abdul Kadir.
Di Mekah, Tuan Guru Lopan belajar agama pada ulama besar Mekah yang berasal dari Lombok, yakni TGH Umar Kelayu. Bersama dengan sejumlah tuan guru lainnya dari berbagai daerah. Seperti Abdul Fattah (Pontianak) dan KH Bafalakh (Banten).
Datuk Lopan belajar pada TGH Umar Kelayu berupa ilmu Ushul Fiqh dan Ilmu Tasawuf. (bersambung)